Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang – Samurai merupakan prajurit elite dan mempunyai kemampuan bertarung yang hebat di Jepang. Samurai secara bertahap mulai berkembang di Jepang setelah reformasi Taika pada tahun 646, yang mencakup redistribusi lahan dan penerapan pajak baru yang sangat membebani masyarakat. Akibatnya, banyak petani kecil harus menjual tanah mereka dan bekerja sebagai buruh tani.
Sementara itu, beberapa pemilik lahan besar mengumpulkan kekuatan dan kekayaan, menciptakan sistem feodal yang hamper serupa dengan Eropa abad pertengahan, namun tidak seperti Eropa, penguasa feodal di Jepang membutuhkan pejuang untuk mempertahankan kekayaan mereka, yang akhirnya melahirkan prajurit samurai – atau “bushi.” berikut kami berikan informasi Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang. Informasi : Peluang usaha bisnis franchise waralaba makanan takoyaki jepang di indonesia.
Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang
Dimulainya Era Feodal Samurai
Beberapa orang samurai adalah kerabat dari pemilik tanah. Sementara yang lain hanya prajurit bayaran. Kode etik samurai menekankan kesetiaan kepada satu orang tuan, bahkan harus melebihi kesetiaannya kepada keluarga. Sejarah menunjukkan bahwa samurai yang paling setia biasanya adalah anggota keluarga atau orang-orang yang 100% hidupnya ditanggung oleh tuannya.
Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang. Dimulai Pada tahun 900an, Kekaisaran Era Heian yang dimulai pada tahun 794 sampai 1185 mulai kehilangan kendali atas daerah pedesaan di Jepang, dan diliputi oleh pemberontakan. Akibatnya, kaisar hanya memegang kekuasaan di ibu kota, dan sebatas perbatasan Negara. Akibat kehilangan kekuasaannya, akhirnya sebagian prajurit mengisi kekosongan kekuasaan di wilayah tertentu. Setelah bertahun-tahun bertempur dan membangun era shogun di banyak kepulauan Negara jepang, akhirnya samurai secara efektif memegang kekuasaan militer dan politik di sebagian besar Jepang pada awal 1100-an.
Karena lemahnya garis keturunan kekaisaran. Akhirnya pada tahun 1156, ketika Kaisar Toba meninggal menyebabkan kekaisaran tidak mempunyai penerus yang jelas. Anak-anaknya, Sutoku dan Go-Shirakawa, berjuang untuk mengendalikan perang sipil yang disebut dengan Pemberontakan Hogen pada tahun 1156, namun pada akhirnya, keduanya gagal dan membuat kekaisaran kehilangan semua kekuatannya yang tersisa.
Selama perang saudara, klan samurai Minamoto dan Taira semakin menjadi terkenal dan akhirnya bertempur satu sama lain dalam Pemberontakan Heiji di tahun 1160. Setelah kemenangan Taira, akhirnya mereka mendirikan pemerintahan yang pertama kali dipimpin oleh samurai dan klan Minamoto yang kalah diusir dari ibukota jepang di Kyoto.
Periode Kamakura dan Awal Muromachi (Ashikaga)
Pada periode ini, Klan Inamoto dan Taira bertempur sekali lagi dalam Perang Genpei dari tahun 1180 sampai 1185, yang berakhir dengan kemenangan bagi Klan Minamoto.
Setelah itu, Minamoto no Yoritomo mendirikan Keshogunan Kamakura, dengan kaisar sebagai bonekanya dan klan Minamoto menguasai sebagian besar Jepang sampai tahun 1333.
Pada 1268, ancaman eksternal muncul. Kubilai Khan, penguasa Mongol dari Yuan China, menuntut upeti dari Jepang, namun Kyoto menolak dan tentara Mongol menyerang pada tahun 1274 dengan 600 armada kapal. Untungnya, angin topan menghancurkan armada mereka, dan invasi kedua di tahun 1281 menemui nasib yang sama.
Meskipun mendapat bantuan luar biasa dari alam, serangan Mongol sangat merugikan Kamakura. Karena tidak dapat memberikan tanah atau kekayaan kepada para pemimpin samurai yang telah bersatu untuk mempertahankan Jepang, shogun yang lemah menghadapi tantangan kembali dari Kaisar Go-Daigo pada tahun 1318. Kaisar Go-Daigo pun berhasil mengasingkan kaisar Jepang pada tahun 1331 dan menggulingkan Keshogunan pada tahun 1333.
Pada Restorasi Kemmu ini kekuasaan kekaisaran hanya bertahan tiga tahun. Pada 1336, Keshogunan Ashikaga di bawah Asoka Takauji menegaskan kembali peraturan samurai, tetapi lebih lemah dari pada era Kamakura. Polisi daerah yang disebut “daimyo” mengembangkan kekuatan yang cukup besar dan ikut campur dalam suksesi shogun ini.
Periode Muromachi dan Restorasi Orde
Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang – Pada tahun 1460, daimyo mengabaikan perintah dari shogun dan malah mendukung penerus yang berbeda dari tahta kekaisaran.
Ketika shogun, Ashikaga Yoshimasa, mengundurkan diri pada 1464, sebuah perselisihan antara pendukung adik laki-lakinya dan anaknya memicu pertengkaran yang lebih kuat di antara daimyo tersebut.
Pada 1467, pertengkaran ini meletus ke dalam Perang Onin yang berlangsung selama satu dekade. Pada perang ini ribuan orang meninggal dan Kyoto dibakar habis, dan langsung menyebabkan jepang memasuki “Periode Perang Saudara” atau biasa disebut dengan Sengoku. Di antara tahun 1467 dan 1573, berbagai daimyo memimpin klan mereka dalam memperjuangkan dominasinya di Jepang dengan hampir semua provinsi dilanda pertempuran.
Periode Perang Saudara ini mulai mencapai akhirnya di tahun 1568, ketika panglima perang Oda Nobunaga mengalahkan tiga daimyo kuat lainnya. Oda Nobunaga menghabiskan 14 tahun berikutnya untuk menundukkan daimyo lainnya dan meredam pemberontakan yang dipimpin oleh biksu Buddha yang kesal dengannya.
Kastil Azuchi yang megah, dibangun antara tahun 1576 dan 1579, menjadi simbol penyatuan kembali seluruh Jepang.
Pada tahun 1582, Nobunaga dibunuh oleh salah seorang jendralnya, Akechi Mitsuhide. Hideyoshi, jendral obunaga lainnya, menyelesaikan unifikasi dan memerintah sebagai kampaku, atau bupati dan menyerang Korea pada tahun 1592 dan 1597.
Keshogunan Tokugawa Periode Edo
Pada era ini, Hideyoshi telah mengasingkan sebagian besar klan Tokugawa dari daerah sekitar Kyoto ke wilayah Kanto di Jepang timur. Taiko meninggal pada tahun 1598, dan pada tahun 1600, Tokugawa Ieyasu telah menaklukkan daimyo tetangga dari bentengnya di Edo, yang suatu hari nanti akan menjadi kota Tokyo.
Putra Ieyasu, Hidetada, menjadi shogun Jepang yang akhirnya bersatu pada tahun 1605, Pada masa ini Jepang mengalami kedamaian dan stabilitas sampai 250 tahun kedepan. Para shogun Tokugawa yang kuat berhasil menjinakkan samurai, dan memaksa mereka untuk melayani para bangsawan di kota-kota atau menyerahkan pedang dan pertanian mereka. Hal Ini merubah para prajurit menjadi kelas sosial yang diturunkan berdasarkan garis keturunan. Baca Juga 14 Jenis Topeng di Jepang.
Restorasi Meiji dan Akhir Era Samurai
Pada tahun 1868, Restorasi Meiji memberi isyarat awal bagi akhirnya era samurai. Sistem monarki konstitusional Meiji mulai berubah. termasuk reformasi demokratis seperti adanya batas waktu untuk jabatan publik dan pemungutan suara. Dengan adanya dukungan publik, Kaisar Meiji berhasil berdamai dengan samurai, mengurangi kekuatan daimyo, dan mengubah nama ibukota dari Edo ke Tokyo.
Pemerintahan baru ini menciptakan tentara dari hasil wajib militer pada tahun 1873, dan beberapa perwira ditarik dari para mantan samurai, namun para samurai lebih banyak ditarik sebagai petugas polisi. Pada tahun 1877, mantan samurai yang marah memberontak melawan Meiji dalam Pemberontakan Satsuma, namun mereka kalah dalam Pertempuran Shiroyama dan menyebabkan berakhirnya era samurai.
Kebudayaan dan Senjata Samurai
Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang berikutnya adalah kebudayaan dan senjata yang digunakan. Kebudayaan samurai didasarkan pada konsep bushido, atau “Jalan Para Pejuang”, yang ajaran utamanya adalah kehormatan dan kebebasan dari rasa takut akan kematian. Seorang samurai secara hukum berhak untuk mengurangi para pengikutnya yang gagal dalam tugasnya ata gagal menghormati Tuannya. Bagi mereka yang gagal dan memiliki semangat bushido dimana harus berjuang tanpa rasa takut untuk tuannya. Mereka akan lebih memilih mati dengan terhormat daripada menyerah dalam kekalahan.
Berdasarkan hal ini jugalah, tradisi Jepang yang disebut seppuku berevolusi dimana tentara yang kalah dan pejabat pemerintah yang dipermalukan akan melakukan bunuh diri secara hormat dengan ritual bunuh diri menggunakan pedang pendek.
Samurai awalnya adalah pemanah, bertarung dengan berjalan kaki atau menunggangi kuda dengan busur yang sangat panjang (yumi) dan menggunakan pedang, terutama untuk mengalahkan musuh yang terluka. Tapi setelah invasi Mongol pada 1272 dan 1281, samurai lebih sering menggunakan pedang. Sebagian lagi menggunakan naginata yaitu pedang dimana setengah bagiannya terbuat dari batang kayu dengan mata pisau melengkung di ujungnya. Dan yang lainnya menggunakan tombak.
Para samurai yang menggunakan dua pedang bersamaan disebut dengan daisho yang terdiri dari katana dan wakizashi, yang dilarang digunakan oleh siapapun kecuali samurai pada akhir abad ke-16.
Menghormati Samurai melalui Mitos
Orang Jepang modern menghormati para samurai dan bushido dengan cara menanamkan prinsip tersebut kedalam budaya mereka. Hari ini, bagaimanapun juga kode etik samurai lebih berlaku di rapat perusahaan daripada di medan perang.
Bahkan sekarang, semua orang tahu kisah tentang Ronin, “legenda nasional” Jepang. Pada tahun 1701, daimyo Asano Naganori menarik belati di istana shogun dan mencoba membunuh Kira, seorang pejabat pemerintah. Asano ditangkap, dan terpaksa melakukan seppuku. Dua tahun kemudian, empat puluh tujuh samurainya memburu Kira dan membunuhnya, padahal mereka tidak mengetahui alasan kenapa Asano ingin membunuh Kira.
Sejak para ronin mengikuti bushido, shogun mengizinkan mereka melakukan seppuku daripada dieksekusi. Sampai saat ini, banyak orang yang masih memberikan dupa di makam para ronin, dan cerita tersebut telah dibuat menjadi sejumlah drama dan film.
Sekian informasi Mengenal Samurai Prajurit Elite Kuno Dari Jepang dari kami. Semoga informasi yang kami berikan bisa bermanfaat. Jika kamu suka tentang artikel ini, jangan lupa untuk di share ya. Arigatou Gozaimasu.